Sewaktu hamil anak pertama. setiap kali periksa ke SpOG, saya selalu memegang selembar kertas berisi sederet pertanyaan yang sudah saya siapkan dari rumah. Mungkin karena anak pertama, rasa ingin tahu saya begitu besar.
Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang, hanya sekarang saya tidak lagi mencatatnya di kertas, tapi jika saya atau anak-anak sakit, sebelum ke dokter biasanya saya akan browsing dulu cari-cari tahu penyakitnya, penyebabnya dan pengobatannya seperti apa. Minimal saya tidak buta sama sekali di depan dokter.
Tanpa bermaksud menjatuhkan profesi seorang dokter, hal ini ini saya lakukan karena berdasarkan pengalaman saya pribadi, ketika ke dokter, seringkali dokter hanya melihat sekilas, tidak menjelaskan secara spesifik tentang penyakit pasien dan langsung menuliskan resep juga tanpa menjelaskan obat apa saja yang diberikan. Dan kesannya juga mau buru-buru selesai. Kecewa? ya pastilah, wong ke dokter bayarnya juga gak murah kan, karena biasanya saya tidak ke dokter umum tapi ke spesialis. Memang ada juga beberapa dokter yang mau menjelaskan secara detail dan cukup bersahabat menjawab pertanyaan pasien, tapi hanya segelintir dokter yang saya temui yang seperti ini.
Kalau resep dari dokter biasanya saya tetap tebus di apotik, dan sampai rumah saya akan googling dulu obat apa yang akan saya minum, dan jangan lupa cek expirednya (adik ipar saya pernah diberi obat yang sudah kadaluwarsa ketika berobat di sebuah klinik, memang sih tuh klinik gratis karena ada di bawah naungan satu yayasan, tapi bukan berarti ngasih obat kadaluwarsa dong, ini kan sudah menyangkut nyawa orang) .
Dua tahun belakangan ini saya divonis dokter menderita dermatitis atopik, dan kalau lagi kambuh, huahhh... gatalnya luar biasa. Kalau udah gak tahan saya biasanya ke dokter kulit. Sempat 3 kali ganti dokter. Saya senang sama dokter yang kedua sebenarnya, masuk kategori dokter ideal buat saya, karena cukup detail penjelasannya, sayang jadwal prakteknya gak matching sama jadwal kegiatan saya, dan antriannya panjang bener. Dokter kulit ketiga yang saya kunjungi, dokter di rumah sakit yang cukup terkenal sih, waktu saya datang pasiennya kebetulan cuma saya, tapi teteup nih dokter maunya buru-buru, hanya melihat sekilas (bener-bener sekilas) trus langsung nulis resep, saya aja yang bawel nanya terus, tapi nih dokter seperti males-malesan jawabnya, ternyata gak jaminan ya berobat di rumah sakit yang notabene punya nama besar tuh memuaskan, lagi-lagi balik ke individu dokternya juga.
Sekali lagi, tulisan ini saya buat tanpa bermaksud menjatuhkan profesi seorang dokter, tapi alangkah baiknya kita sebagai pasien juga bisa lebih aktif dan tidak begitu saja pasrah pada ucapan si dokter. Kalau perlu ketika sakit carilah second opinion dari dokter lain.
No comments:
Post a Comment